Wednesday, March 13, 2019

Ketaatan

Surga wanita berada di telapak kaki suaminya...
Selintas terlihat mudah, namun mudahkah seorang istri untuk:
Selalu setia dan senang hati melayani dan menyayangi suami
Selalu perhatian dan pengertian kepada suami
Selalu memahami perasaan dan keinginan suami
Selalu memahami kesibukan suami
Selalu memposisikan suami sebagai leader dalam hidupnya
Selalu menaati perintah suami
Yang tentu semuanya dalam koridor aturan yang sesuai syariat
Maka, pantas Allah menjanjikan Surga-Nya bagi wanita yang taat pada suami.


Cerita Awal


“Cerita Awal”

Awalnya, jadi guru hanya sebatas mencari pekerjaan yang paling mungkin bagi perempuan, disamping permintaan orang tua.
Seiring bertambahnya usia, pengalaman, dan pemahaman...
Ternyata di dalamnya terdapat misi yang berat dan tanggungjawab yang besar, yang kesemuanya itu menuntut pengorbanan, perjuangan dan kesungguhan...
Guru menjalankan misi mendidik dan mengajar sekaligus.
Membentuk kepribadian dan mengembangkan pemahaman generasi muda bangsa.
Menghadapi tantangan zaman, yang mengharuskan guru terus berinovasi.
Jika ikhlas dilakukan, maka rewardnya tidak main-main.
Surga-Nya di akhirat kelak menanti...


Tuesday, March 12, 2019

BESARAN, SATUAN, DAN PENGUKURAN

A. Besaran dan Satuan
Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur yang memiliki nilai dan satuan. Misalnya panjang, waktu, kecepatan, massa, dan lain-lain.
Satuan adalah sesuatu atau ukuran yang digunakan untuk menyatakan suatu besaran.
1.    Besaran Pokok
Besaran pokok adalah besaran-besaran yang satuannya telah ditetapkan (dibakukan) terlebih dahulu dan tidak diturunkan dari besaran lain, untuk digunakan sebagai dasar (patokan) dalam menentukan satuan-satuan pada besaran lainnya.
Yang termasuk besaran pokok terdapat dalam tabel di bawah ini.
2.    Besaran Turunan
Besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari satu atau lebih besaran pokok.
Beberapa contoh yang termasuk ke dalam besaran turunan adalah sebagai berikut.
Didalam penggunaan satuan, kita sering menemui nama awalan satuan
seperti kilo => kilometer = 10³ meter, tera => tera byte = 10¹² byte dan seterusnya.
Awalan untuk satuan-satuan SI terdapat dalam tabel di bawah ini:

B.   Pengukuran
Pengukuran adalah kegiatan mengukur suatu benda dengan menggunakan alat ukur. Sedangkan mengukur adalah membandingkan besaran yang diukur dengan besaran sejenis yang ditetapkan sebagai satuan.
1.    Alat Ukur
Terdapat banyak sekali jenis dan ragam alat ukur untuk setiap besaran. Misalnya alat ukur besaran panjang terdiri dari meteran kayu, mistar, jangka sorong, mikrometer sekrup, dll.
alat ukur yang akan dipaparkan di bawah ini adalah jangka sorong, mikrometer sekrup, dan multitester.
a.    Cara penggunaan dan pembacaan hasil ukur jangka sorong
Bagian-bagian Jangka Sorong


Fungsi Jangka Sorong
1.    Jangka sorong berfungsi mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian sampai 0,1 mm. (rahang tetap dan rahang geser bawah)
2.    Rahang tetap dan rahang geser atas bisa digunakan untuk mengukur diameter benda yang cukup kecil seperti cincin, pipa, dll.
3.    Tangkai ukur di bagian bawah berfungsi untuk mengukur kedalaman seperti kedalaman tabung, lubang kecil, atau perbedaan tinggi yang kecil.
Cara Menggunakan Jangka Sorong
Berikut ini cara menggunakan jangka sorong dalam beberapa langkah:
1.    Kendurkan baut pengunci dan geser rahang geser.
2.    Tutup rahang hingga mengapit benda yang diukur.
3.    Kencangkan baut pengunci hingga rahang geser tidak bergeser.
4.    Baca skala hasil ukur.
Cara Membaca Jangka Sorong
1.    Lihat skala utama, lihat nilai yang terukur yang lurus atau berada di sebelah kiri angka nol di skala nonius.
2.    Lihat skala nonius, carilah angka pada skala nonius yang berhimpit dengan garis di skala utama.
3.    Jumlahkan hasil pembacaan dari skala utama dan skala nonius.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat video cara menggunakan jangka sorong di bawah ini:

b.    Cara penggunaan dan pembacaan hasil ukur micrometer sekrup
Mikrometer sekrup adalah salah satu alat ukur yang biasa digunakan untuk mengukur panjang, ketebalan serta diameter luar pada suatu benda. Tingkat ketelitian pengukuran mikrometer sekrup mencapai 0,01mm. Alat ini memiliki bentuk yang terdiri atas rahang utama untuk skala utama dan juga rahang putar untuk selubung pengukur (skala nonius).


Cara Menggunakan Mikrometer Sekrup
Berikut ini cara menggunakan micrometer sekrup dalam beberapa langkah:
1.    Buka pengunci mikrometer sekrup sehingga selubung dapat bergerak.
2.    Letakkanlah benda yang ingin diukur diantara rahangnya.
3.    Putarlah gigi geser secara perlahan pada selubung pemutar hingga terdengar suara “klik”.
4.    Ketika sudah terdengar suara “klik” hentikan putaran, kemudian kunci kembali mikrometer sekrup, hal ini dilakukan agar skala tidak berubah.
Cara Membaca Mikrometer Sekrup
1.    Baca atau lihatlah skala utama apakah telah menunjukkan satuan atau tengahan satuan.
2.    Baca atau lihat juga skala nonius yang tepat segaris dengan skala utama.
3.    Jumlahkan skala utama dengan skala nonius.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat video cara menggunakan jangka sorong di bawah ini:

2.    Prinsip-Prinsip Pengukuran
Dalam pengukuran dikenal dua prinsip pengukuran yaitu:
a.    Ketelitian (akurasi) yaitu kesesuaian antara hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya. Ketelitian dapat juga diartikan sebagai seberapa dekat hasil suatu pengukuran dengan nilai yang sesungguhnya. Perbedaan antara nilai sebenarnya dengan nilai hasil pengukuran disebut kesalahan sistematis. Semakin kecil kesalahan sistematis maka pengukuran dikatakan semakin teliti.
Sumber-sumber kesalahan sistematis:
1.    Kesalahan kalibrasi disebut juga kesalahan matematis, yaitu pemberian skala alat ukur yang tidak tepat. Hal ini dapat diantisipasi dengan cara melakukan kalibrasi ulang terhadap alat ukur.
2.    Kesalahan titik nol (zero error) terjadi jika alat ukur saat sebelum atau setelah digunakan tidak menunjukkan titik nol.
3.    Kesalahan mutlak alat ukur. Setiap alat ukur memiliki kepekaan tertentu, yaitu kemampuan alat ukur menunjukkan suatu perbedaan yang relatif kecil dengan nilai sebenarnya yang diukur.
4.    Kesalahan paralaks adalah kesalahan pembacaan oleh pengukur akibat posisi pengamatan yang tidak tepat.
5.    Kesalahan kosinus dan sinus yaitu kesalahan karena garis pengukuran membentuk sudut tertentu (tidak berhimpit atau sejajar) dengan garis yang diukur.
6.    Kesalahan dari benda yang diukur karena mengalami perubahan bentuk (deformasi)sewaktu diukur.
7.    Kesalahan karena ada gesekan pada bagian alat ukur ketika dipakai, yang lama-kelamaan menimbulkan aus, sehingga mempengaruhi hasil pengukuran.
8.    Kesalahan fatigue pada pegas, yaitu pegas yang mengalami pelembekkan karena kelelahan dan usia.
Pengukuran dengan kesalahan sistematis akan menghasilkan nilai yang menyimpang ke arah nilai tertentu.
b.    Ketepatan (presisi) yaitu kemampuan proses pengukuran untuk menunjukkan hasil yang sama dari pengukuran yang dilakukan berulang-ulang dan identik (sama).
Ketelitian (presisi) dalam pengukuran dapat dikaitkan dengan:
-      Perlakuan dalam proses pengukuran, antara lain meliputi kualitas alat ukur, ketelitian orang yang mengukur, dan kestabilan tempat dimana pengukuran dilakukan.
-      Jumlah angka desimal yang dicantumkan dalam hasil pengukuran, makin banyak angka desimal dalam suatu hasil pengukuran, makin presisi pengukuran tersebut.
Hasil pengukuran selalu terpencar di sekitar nilai rata-ratanya. Semakin dekat nilai hasil pengukuran dengan nilai rata-ratanya, maka dikatakan hasil pengukuran mempunyai ketepatan yang tinggi. Penyimpangan berupa nilai hasil pengukuran yang terpencar acak tak beraturan jauh dari nilai rata-ratanya disebut kesalahan acak (random error).
Sumber-sumber kesalahan acak:
1.    Gerak brown molekul, jarum alat ukur yang halus dapat terganggu penunjukannya oleh adanya gerak acak (gerak brown) dari molekul udara.
2.    Fluktuasi tegangan listrik, tegangan sering mengalami fluktuasi, yaitu perubahan kecil yang tidak teratur dan berlalu sangat cepat, sehingga pengukuran menjadi tidak tepat.
3.    Alas benda yang diukur bergetar, alat ukur yang peka dapat terganggu oleh bergetarnya alas (meja) tempat menyimpan benda yang diukur.
4.    Nois yaitu fluktuasi yang cepat pada penunjukan alat ukur yang disebabkan komponen-komponen alat ukur naik suhunya. Hal ini sering terjadi pada alat elektronik.
5.    Radiasi latar belakang, alat pencacah radioaktif sering terganggu oleh adanya radiasi kosmik (radiasi yang datang dari angkasa luar).
Kesalahan acak berasal dari gejala-gejala yang tidak dapat kita cegah sepenuhnya karena pengaturan dan pengontrolannya di luar kemampuan kita. Pengukuran dengan kesalahan acak akan menghasilkan nilai yang terpencar acak jauh dari nilai rata-ratanya.

Wednesday, March 6, 2019

MAGNET, INDUKSI MAGNETIK, DAN GGL INDUKSI

A.  MAGNET
Jarum kompas merupakan salah satu contoh magnet. Jarum utara kompas selalu menunjuk ke arah kutub utara bumi dan jarum selatan kompas selalu menunjuk ke arah kutub selatan bumi. Sebenarnya, jarum kompas menunjuk ke arah tertentu karena tertarik oleh medan magnet yang berlawanan dengan jarum kompas. Sehingga, jarum utara kompas menunjuk arah utara karena tertarik oleh kutub selatan magnet bumi dan jarum selatan kompas menunjuk arah selatan karena tertarik oleh kutub utara magnet bumi. Jadi, secara kemagnetan kutub utara bumi adalah kutub selatan magnet bumi, dan kutub selatan bumi adalah kutub utara magnet bumi.
Magnet pertama kali ditemukan di daerah Magnesia yang terletak di Asia kecil pada abad ke 19. Orang mengenal magnet sebagai batu-batuan yang saling tarik-menarik atau dapat menarik benda-benda yang mengandung besi. Sampai sekarang, benda yang memiliki sifat seperti batu tersebut dinamakan magnet sesuai dengan nama daerah tempat pertama kali ditemukannya.
1.    Magnet dan medan magnet
Sebuah magnet apapun bentuknya dan seberapapun kecil ukurannya pasti memiliki 2 kutub yang berlawanan, yaitu kutub utara dan kutub selatan. Daerah di sekitar magnet yang masih mengalami gaya tarik magnet dinamakan medan magnet. Di bawah ini digambarkan garis-garis medan magnet dari beberapa magnet batang.

2.    Medan magnet dari penghantar (kawat) berarus listrik
Medan magnet selain timbul di sekitar magnet, juga bisa timbul di sekitar penghantar (kawat) berarus listrik. Hal ini pertama kali ditemukan oleh Hans Cristian Oersted. Di bawah ini digambarkan hasil percobaan Oersted.


B.  INDUKSI MAGNETIK (ELEKTROMAGNET)
Medan magnet yang timbul dari adanya arus listrik dinamakan induksi magnetik (elektromagnet). Hubungan antara medan magnet dengan arus listrik yang menimbulkannya dikenal dengan hukum Biot Savart. Besar induksi magnetik menurut hukum Biot Savart untuk berbagai bentuk kawat bisa dicari dengan menggunakan persamaan seperti di bawah ini:


1.    Induksi magnetik (elektromagnet) di sekitar kawat lurus dengan panjang tak berhingga.



Persamaan untuk menghitung induksi magnetik dari kawat lurus berarus listrik adalah:

Keterangan: 
B  = Induksi magnetik (tesla atau Wb/m2)
I   = Kuat arus listrik (A)
r   = Jarak dari titik yang ditanyakan dengan kawat (m)
     µ0 = Permiabilitas magnet ruang hampa = 12,57.10-7
Arah induksi magnetik pada kawat lurus ditunjukkan dengan aturan tangan ke 1, seperti terlihat pada gambar di atas. Ibu jari menunjukkan arah arus listrik. Keempat jari lainnya menunjukkan arah induksi magnetik.

2.    Induksi magnetik (elektromagnet) pada pusat lingkaran kawat.
Jika kawat terdiri dari N lilitan, maka persamaannya menjadi:
        Keterangan: 
        r    = Jari-jari lingkaran kawat (m)
        N  = Jumlah lilitan kawat

Arah induksi magnetik pada kawat melingkar ditunjukkan dengan aturan tangan ke 1, seperti terlihat pada gambar di atas.

3.    Induksi magnetik (elektromagnet) pada solenoida
Solenoida adalah lilitan atau kumparan kawat yang rapat.
Ø


Induksi magnetik pada ujung solenoida
Ø




Induksi magnetik pada tengah-tengah solenoida
Keterangan: 
N = Jumlah lilitan kawat
l   = Panjang solenoida (m)

Dari gambar di atas dapat dilihat arah induksi magnetik pada solenoida. Arah induksi magnetik pada solenoida dapat dicari dengan cara menggenggam kumparan (solenoida) dengan tangan kanan sedemikian sehingga arah putaran keempat jari sesuai dengan arah arus listrik. Arah ibu jari menunjukkan ujung kumparan yang merupakan kutub utara.
Untuk lebih memperjelas proses induksi magnetik pada solenoida, lihatlah video di bawah ini:



                                  Video: Induksi magnetik (elektromagnet) pada solenoida

4.    Induksi magnetik (elektromagnet) pada toroida
Toroida adalah soenoida yang dilengkungkan.
          Keterangan:
       N   = Jumlah lilitan kawat
     r     = Jari-jari toroida (m)

C.  Gaya magnetik atau gaya lorentz
Gaya magnetik atau dikenal dengan gaya lorentz adalah gaya yang timbul sebagai akibat adanya interaksi antara induksi magnet (medan magnet) dengan arus listrik. Dengan adanya gaya lorentz, sebuah kawat berarus listrik jika berada dalam medan magnet maka kawat tersebut akan melengkung karena mengalami tarikan atau dorongan gaya lorentz. Hal ini terjadi juga pada muatan listrik yang bergerak, sebuah muatan listrik yang bergerak lurus dalam medan magnet, lintasan gerakannya akan berubah karena pengaruh tarikan atau dorongan gaya lorentz.

1.    Gaya lorentz pada kawat berarus listrik yang berada dalam medan magnet
Keterangan:
F = Gaya Lorentz (N)
B = Induksi magnet (T)
I  = Arus listrik (A)
l  = Panjang kawat (m)
θ = Sudut antara I dan B
2.    Gaya lorentz pada partikel bermuatan listrik yang bergerak dalam medan magnet
Keterangan:
q = Besar muatan listrik (C)
v = Kecepatan muatan listrik (m/s)
θ = Sudut antara v dan B
Contoh partikel bermuatan listrik (ion-ion) yang bergerak dalam medan magnet adalah pada fenomena aurora borealis (sinar utara) di kutub utara bumi. Ion-ion yang mendekati bumi (angin surya) tertarik oleh medan magnet bumi. Ion-ion bergerak melingkar disekitar medan magnet bumi. Konsentrasi ion yang tinggi mengionisasi udara dan menggabungkan kembali electron dengan atom dan memancarkan cahaya yang sangat indah. Subhanallah…

3.    Gaya lorentz antara dua kawat yang berarus listrik
Keterangan:
I1   = Kuat arus listrik pada kawat 1 (A)
I2   = Kuat arus listrik pada kawat 2 (A)
l     = Panjang kawat (m)
r     = jarak antar kawat (m)
catatan: Jika I1 dan I2 searah, maka kawat akan tarik-menarik.
       Jika I1 dan I2 berlawanan arah, maka kawat akan tolak-menolak.
 Aplikasi dari konsep induksi magnet (electromagnet) dan gaya Lorentz terdapat pada alat ukur listrik (amperemeter, voltmeter, dan ohmmeter), pengeras suara, motor listrik (elektromotor) DC, dan motor listrik (elektromotor) AC. Prinsip kerja peralatan tersebut adalah menginteraksikan arus listrik dan medan magnet sehingga timbul gaya (gerak), dengan kata lain alat tersebut mengubah energy listrik menjadi energy mekanik (gerak).

D.  Ggl induksi (induksi elektromagnetik)
Jika disekitar arus listrik dapat menghasilkan medan magnet (electromagnet) telah ditemukan oleh Oersted, maka Faraday berpikir kebalikannya yaitu perubahan medan magnet dapat menghasilkan arus listrik (induksi elektromagnetik). Faraday melakukan percobaan untuk membuktikan bahwa perubahan medan magnet dapat menghasilkan arus listrik.
1.     Percobaan Faraday (magnet bergerak dalam kumparan)
Sebuah magnet digerakkan masuk-keluar ke dalam kumparan. Kumparan tersebut dihubungkan dengan galvanometer. Maka, dalam galvanometer terlihat ada gerakan yang menandakan adanya arus listrik. Dapat juga dibalik, yaitu dengan menggerakkan kumparan mendekati-menjauhi magnet, dan hasil yang diperoleh akan sama. Sehingga, faraday menyimpulkan perubahan fluks magnet dalam konduktor tertutup (kumparan) dapat menimbulkan arus listrik. Pernyataan ini dikenal dengan hukum Faraday. Listrik yang dihasilkan dari perubahan fluks magnet dinamakan listrik ggl.

     Besar tegangan atau ggl induksi yang timbul bisa diperoleh dari persamaan:
      
          Dengan
          
Keterangan:
ε   = ggl induksi (volt)
Ф  = Fluks magnetik (weber)
t    = Waktu (sekon)
B   = Induksi magnetik (tesla)
A   = Luas daerah yang dilingkupi (meter2)
N  = Jumlah lilitan kawat dalam kumparan
Hal-hal yang mempengaruhi secara langsung terhadap nilai ggl induksi adalah:
a.    Perubahan fluks magnetik, semakin cepat perubahan fluks magnetik, maka ggl induksi yang dihasilkan semakin besar. Kecepatan perubahan fluks magnetik diperoleh dengan cara mempercepat gerak magnet dalam kumparan atau gerak kumparan menuju magnet.
b.    Kekuatan magnet, magnet yang kuat akan menghasilkan nilai ggl induksi yang besar dibandingkan dengan magnet yang lemah.
c.    Jumlah lilitan pada kumparan, kumparan dengan lilitan yang banyak akan menghasilkan nilai ggl induksi yang besar dibandingkan dengan kumparan dengan jumlah lilitan yang sedikit.

Untuk lebih memperjelas proses terjadinya ggl induksi dan kemanakah arah arus listrik yang dihasilkan pada solenoida,  lihatlah video di bawah ini:
                                    Video: simulasi ggl induksi pada solenoida

Tanda negatif menandakan bahwa arus ggl induksi yang dihasilkan selalu meembangkitkan medan magnet yang arahnya berlawanan dengan arah fluks magnet yang menimbulkannya, hal ini dikemukakan oleh Lenz dan dikenal dengan hukum Lenz.

2.     Konduktor bergerak dalam medan magnet
Selain dengan cara di atas seperti pada percobaan Faraday, ggl induksi (induksi elektromagnetik) juga dapat diperoleh dengan cara menggerakkan konduktor dalam medan magnet. Konduktor dengan panjang l yang bergerak dengan kecepatan v dalam medan magnet B akan menimbulkan ggl ε sebesar:
Keterangan:
l  = Panjang kawat (meter)
v = kecepatan konduktor (meter/sekon)
Pada kenyataannya, konduktor yang digunakan berupa kumparan yang bergerak dengan cara berputar. Untuk kondisi konduktor yang berputar dalam medan magnet, ggl yang dihasilkan dapat dihitung dengan persamaan:
Keterangan:
N = jumlah lilitan kumparan
l  = panjang kumparan (m)
A = luas kumparan (m2)
Aplikasi dari konsep ggl induksi (induksi elektromagnetik) terdapat pada pemanas listrik (tungku induksi), rem magnetik, transformator (trafo), dan generator dc atau generator ac (alternator), loudspeaker, mikrofon, dan seismograf. Prinsip kerja generator adalah mengubah fluks magnet dengan menggerakkan kumparan dalam medan magnet sehingga menghasilkan arus listrik, dengan kata lain generator mengubah energy mekanik (gerak) menjadi energy listrik.