Besaran adalah segala
sesuatu yang dapat diukur yang memiliki nilai dan satuan. Misalnya
panjang, waktu, kecepatan, massa, dan lain-lain.
Satuan adalah sesuatu
atau ukuran yang digunakan untuk menyatakan suatu besaran.
1.
Besaran Pokok
Besaran pokok adalah besaran-besaran
yang satuannya telah ditetapkan (dibakukan) terlebih dahulu dan tidak diturunkan dari besaran lain, untuk digunakan sebagai dasar (patokan) dalam menentukan satuan-satuan pada besaran lainnya.
Yang termasuk besaran pokok terdapat dalam tabel di bawah ini.
Yang termasuk besaran pokok terdapat dalam tabel di bawah ini.
2.
Besaran Turunan
Besaran turunan adalah
besaran yang diturunkan dari satu atau lebih besaran pokok.
B.
Pengukuran
Pengukuran adalah kegiatan mengukur suatu benda dengan
menggunakan alat ukur. Sedangkan mengukur adalah membandingkan besaran yang
diukur dengan besaran sejenis yang ditetapkan sebagai satuan.
1.
Alat Ukur
Terdapat banyak sekali jenis dan ragam alat ukur untuk setiap besaran. Misalnya
alat ukur besaran panjang terdiri dari meteran kayu, mistar, jangka sorong,
mikrometer sekrup, dll.
alat ukur yang akan dipaparkan di bawah ini adalah jangka sorong,
mikrometer sekrup, dan multitester.
a.
Cara penggunaan
dan pembacaan hasil ukur jangka sorong
Bagian-bagian Jangka
Sorong
1.
Jangka sorong berfungsi mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian
sampai 0,1 mm. (rahang tetap dan rahang geser bawah)
2.
Rahang tetap dan rahang geser atas bisa digunakan untuk mengukur diameter
benda yang cukup kecil seperti cincin, pipa, dll.
3.
Tangkai ukur di bagian bawah berfungsi untuk mengukur kedalaman seperti
kedalaman tabung, lubang kecil, atau perbedaan tinggi yang kecil.
Cara Menggunakan
Jangka Sorong
Berikut ini cara
menggunakan jangka sorong dalam beberapa langkah:
1.
Kendurkan baut pengunci dan geser rahang geser.
2.
Tutup rahang hingga mengapit benda yang diukur.
3.
Kencangkan baut pengunci
hingga rahang geser tidak bergeser.
4.
Baca skala hasil ukur.
Cara Membaca Jangka Sorong
1.
Lihat skala utama, lihat nilai yang terukur yang lurus atau berada di sebelah kiri angka nol di skala nonius.
2.
Lihat skala nonius, carilah angka pada skala nonius yang berhimpit dengan
garis di skala utama.
3.
Jumlahkan hasil pembacaan dari skala utama dan skala
nonius.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat video cara menggunakan jangka sorong di bawah ini:
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat video cara menggunakan jangka sorong di bawah ini:
b.
Cara penggunaan dan pembacaan hasil ukur micrometer sekrup
Mikrometer sekrup adalah salah satu alat ukur
yang biasa digunakan untuk mengukur panjang, ketebalan serta diameter luar pada
suatu benda. Tingkat ketelitian pengukuran mikrometer sekrup mencapai 0,01mm. Alat ini memiliki bentuk yang
terdiri atas rahang utama untuk skala utama dan juga rahang putar untuk
selubung pengukur (skala nonius).
Berikut ini cara
menggunakan micrometer sekrup dalam beberapa langkah:
1.
Buka
pengunci mikrometer sekrup sehingga selubung dapat bergerak.
2.
Letakkanlah
benda yang ingin diukur diantara rahangnya.
3.
Putarlah
gigi geser secara perlahan pada selubung pemutar hingga terdengar suara “klik”.
4.
Ketika
sudah terdengar suara “klik” hentikan putaran, kemudian kunci kembali
mikrometer sekrup, hal ini dilakukan agar skala tidak berubah.
Cara Membaca Mikrometer Sekrup
1.
Baca
atau lihatlah skala utama apakah telah menunjukkan satuan atau tengahan satuan.
2.
Baca
atau lihat juga skala nonius yang tepat segaris dengan skala utama.
3.
Jumlahkan
skala utama dengan skala nonius.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat video cara menggunakan jangka sorong di bawah ini:
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat video cara menggunakan jangka sorong di bawah ini:
2.
Prinsip-Prinsip Pengukuran
Dalam pengukuran
dikenal dua prinsip pengukuran yaitu:
a. Ketelitian (akurasi) yaitu kesesuaian antara hasil
pengukuran dengan nilai sebenarnya. Ketelitian dapat juga diartikan sebagai
seberapa dekat hasil suatu pengukuran dengan nilai yang sesungguhnya. Perbedaan antara
nilai sebenarnya dengan nilai hasil pengukuran disebut kesalahan sistematis.
Semakin kecil kesalahan sistematis maka pengukuran dikatakan semakin teliti.
Sumber-sumber kesalahan
sistematis:
1. Kesalahan kalibrasi
disebut juga kesalahan matematis, yaitu pemberian skala alat ukur yang tidak
tepat. Hal ini dapat diantisipasi dengan cara melakukan kalibrasi ulang
terhadap alat ukur.
2. Kesalahan titik nol
(zero error) terjadi jika alat ukur
saat sebelum atau setelah digunakan tidak menunjukkan titik nol.
3. Kesalahan mutlak
alat ukur. Setiap alat ukur memiliki kepekaan tertentu, yaitu kemampuan alat
ukur menunjukkan suatu perbedaan yang relatif kecil dengan nilai sebenarnya
yang diukur.
4. Kesalahan paralaks
adalah kesalahan pembacaan oleh pengukur akibat posisi pengamatan yang tidak
tepat.
5. Kesalahan kosinus
dan sinus yaitu kesalahan karena garis pengukuran membentuk sudut tertentu
(tidak berhimpit atau sejajar) dengan garis yang diukur.
6. Kesalahan dari
benda yang diukur karena mengalami perubahan bentuk (deformasi)sewaktu diukur.
7. Kesalahan karena
ada gesekan pada bagian alat ukur ketika dipakai, yang lama-kelamaan
menimbulkan aus, sehingga mempengaruhi hasil pengukuran.
8. Kesalahan fatigue
pada pegas, yaitu pegas yang mengalami pelembekkan karena kelelahan dan usia.
Pengukuran dengan kesalahan sistematis akan menghasilkan nilai yang
menyimpang ke arah nilai tertentu.
b. Ketepatan (presisi) yaitu kemampuan proses pengukuran
untuk menunjukkan hasil yang sama dari pengukuran yang dilakukan
berulang-ulang dan identik (sama).
Ketelitian (presisi) dalam
pengukuran dapat dikaitkan dengan:
- Perlakuan dalam
proses pengukuran, antara lain meliputi kualitas alat ukur, ketelitian orang
yang mengukur, dan kestabilan tempat dimana pengukuran dilakukan.
- Jumlah angka
desimal yang dicantumkan dalam hasil pengukuran, makin banyak angka desimal
dalam suatu hasil pengukuran, makin presisi pengukuran tersebut.
Hasil pengukuran selalu
terpencar di sekitar nilai rata-ratanya. Semakin dekat nilai hasil pengukuran
dengan nilai rata-ratanya, maka dikatakan hasil pengukuran mempunyai ketepatan
yang tinggi. Penyimpangan berupa nilai hasil pengukuran yang terpencar acak tak
beraturan jauh dari nilai rata-ratanya disebut kesalahan acak (random error).
Sumber-sumber kesalahan acak:
1. Gerak brown molekul,
jarum alat ukur yang halus dapat terganggu penunjukannya oleh adanya gerak acak
(gerak brown) dari molekul udara.
2. Fluktuasi tegangan
listrik, tegangan sering mengalami fluktuasi,
yaitu perubahan kecil yang tidak teratur dan berlalu sangat cepat, sehingga
pengukuran menjadi tidak tepat.
3. Alas benda yang
diukur bergetar, alat ukur yang peka dapat terganggu oleh bergetarnya alas
(meja) tempat menyimpan benda yang diukur.
4. Nois yaitu fluktuasi yang
cepat pada penunjukan alat ukur yang disebabkan komponen-komponen alat ukur
naik suhunya. Hal ini sering terjadi pada alat elektronik.
5. Radiasi latar
belakang, alat pencacah radioaktif sering terganggu oleh adanya radiasi kosmik
(radiasi yang datang dari angkasa luar).
Kesalahan acak berasal dari
gejala-gejala yang tidak dapat kita cegah sepenuhnya karena pengaturan dan
pengontrolannya di luar kemampuan kita. Pengukuran dengan kesalahan acak akan
menghasilkan nilai yang terpencar acak jauh dari nilai rata-ratanya.
Maaf bertanya apakah satuan metrik termasuk besaran turunan?
ReplyDeleteTerimakasih telah membaca blog saya.
ReplyDeleteSebelum menjawab pertanyaan, saya perjelas dulu bahwa satuan dan besaran itu sesuatu yang berbeda.
Besaran itu sesuatu yang dapat diukur yang mana hasil ukurnya dapat dinyatakan dalam bentuk angka dan memiliki satuan, sedangkan satuan adalah ukuran untuk menyatakan nilai besaran.
Jadi maksud pertanyaannnya barangkali "apakah dalam sistem satuan metrik terdapat satuan dari besaran turunan?"
Nah, untuk jawaban pertanyaannya adalah:
Sistem satuan metrik merupakan sistem yang didasarkan pada meter sebagai satuan panjang dan kilogram sebagai satuan massa yang merupakan cikal bakal penyusunan Sistem Satuan Internasional (SI) yang berlaku sekarang. Dalam Sistem Satuan Internasional (SI) terdapat satuan dari besaran pokok dan satuan dari besaran turunan.